Tentu di antara Anda ada yang pernah mendengar kisah “kesaktian” para wali atau habib. Ada yang bercerita kepada saya tentang seorang wali yang membangun masjid di tengah laut, seorang habib yang rumahnya tidak dimasuki air padahal satu kota kebanjiran, atau seorang habib yang “menggeser” sebuah masjid dengan cara menendangnya.
Kesaktian para wali tersebut memang di luar akal. Karena itu banyak di antara kita (juga tanpa akal) langsung menghormati para wali tersebut dengan meminta air darinya, menciumi tangannya, demi keberkahan dari kekasih Allah tersebut.
Dari mana kesaktiannya itu? Jika memang waliullah, tentu berasal dari Allah karena keikhlasannya dalam beribadah, tanpa memandang mazhab. Banyak wali-wali dari ahlusunah, tapi juga tidak sedikit wali berasal dari mazhab Syiah. Intinya, keikhlasan dalam beribadah. Tohdi akhirat kita tidak akan ditanya dari mazhab apa kita berasal.
Walaupun demikian ada sebagian “wali” yang merasa lebih suci dari kelompok lain menganggap mengambil berkah (tabarruk) dari para waliullah atau habib itu sebagai bidah dan pelakunya musyrik. Ini tema lain yang butuh postingan baru lagi. Inti postingan ini bukan disitu. Tapi mengenai kisah seorang wali dalam Alquran. Siapakah dia?
Namanya Ashif bin Barkhiya. Ia adalah murid dari Nabi Sulaiman as. Apa kesaktiannya? Bagi yang sering baca Quran atau kisah-kisah para nabi tentu tahu, yakni, memindahkan singgasana Ratu Bilqis dengan singkat, sangat singkat, mengalahkan kecepatan dan kesaktianjin Ifrith.
Ifrith dari golongan jin berkata, “Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu. Sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS. An-Naml : 39)
Kemampuan jin Ifrith itu sebenarnya sudah sangat luar biasa. Tapi masih kalah dengan kemampuan sang wali, Ashif bin Barkhiya, yang mengatakan, “Tutuplah kedua mata Anda, dan kemudian bukalah, niscaya singgsana itu sudah ada di hadapan Anda.” Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, “Aku akan membawa singgsana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” (QS. An-Naml : 40).
Inilah contoh nyata dan tak terbantahkan dari Alquran mengenai kebenaran akan kemampuan orang-orang yang mempunyai “kesaktian” karena ikhlas beribadah karena Allah. Ikhlas mempelajari ilmu-ilmu Allah (dalam Al-Kitab) dan patuh akan perintah Nabi Allah.
Imam Jafar Shadiq as. berkata, “Ilmu Ashif bin Barkhiya, dibandingkan dengan Alquran dan dibandingkan dengan ilmu kami tak ubahnya seperti setetes air di lautan.” Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad. Wallahualam.